Bersegera dalam Lima Perkara
oleh : Ust. Abdul Qodir Abu Fa'izah, Lc.
-hafizhahullah-
Jika
kita mengenal “Lukman Al-Hakim” yang bijak, seorang yang sholih telah diabadikan hidup
dan kisahnya di dalam Al-Qur’an dari kalangan umat yang terdahulu, maka di
tengah umat ini ada seorang ulama yang amat bijak dan berhikmah kata-katanya,
sampai ia digelari dengan“Luqmannya
Umat ini”. Itulah Hatim bin Unwan Al-Ashom
Al-Balkhiy [Lihat Siyar A’lam An-Nubala’ (11/485)]
Diantara
kalam dan nasihat bijak beliau, ia pernah berkata saat menjelaskan lima perkara yang
dianjurkan padanya bersegera dan bergegas, tanpa ditunda-tunda,
يُقَالُ:
الْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ إِلاَّ فِيْ خَمْسٍ : إِطْعَامِ الطَّعَامِ إِذَا حَضَرَ
الضَّيْفُ، وَتَجْهِيْزِ الْمَيِّتِ إِذَا مَاتَ، وَتَزْوِيِجِ الْبِكْرِ إِذَا أَدْرَكَتْ،
وَقَضَاءُ الدَّيْنِ إِذَا وَجَبَ، وَالتَّوْبَةِ مِنَ الذَّنْبِ إِذَا أَذْنَبَ
“Dikatakan,
“Ketergesa-gesaan itu dari setan, kecuali dalam lima perkara: menghidangkan makanan jika tamu
telah hadir, mengurusi jenazah jika telah wafat, menikahkan anak gadis jika
telah baligh, menunaikan utang jika telah jatuh tempo, dan bertobat dari dosa
jika telah melakukan dosa”. [HR.
Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (8/78)]
Hatim
Al-Ashom -rahimahullah- mengisyaratkan kepada kita bahwa sikap
tergesa-gesa pada asalnya adalah tercela. Namun semua itu dikecualikan dalam lima perkara tersebut.
Rasulullah
-Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
التَّأَنِّيْ مِنَ اللهِ وَ الْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
“Sikap
pelan berasal dari Allah, dan sikap tergesa-gesa berasal dari setan”. [HR. Abu Ya’laa dalam Al-Musnad (no.
4256) dengan sanad hasan. Lihat Ash-Shohihah (1795)]
Tergesa-gesa
biasanya lahir atas dorongan setan, karena tergesa-gesa akan menghalangi untuk
mengecek dan memperhatikan akibat-akibat perbuatan dan sikapnya.
Kemudian
tergesa-gesa yang tercela adalah dalam perkara selain ketaatan, seiring tanpa
adanya pengecekan dan tanpa rasa takut kehilangan. [Lihat At-Taisir
bi Syarh Al-Jami’ Ash-Shogier (1/867)]
Sikap
tergesa-gesa seringkali mewariskan penyesalan bagi pelakunya.
Di
saat ia menghadapi sesuatu, ia akan mengambil langkah tergesa-gesa.
Di
kala itu, ia menganggap sikap yang ia jalani akan membawanya kepada
kebahagiaan. Tapi ternyata sikapnya meluputkannya dari kebaikan, bahkan
merugikan dirinya.
Jika
ia luput dari kebaikan dunia, maka masih ada asa untuk memperbaikinya, jika
masih ada jalan. Namun jika ia meluputkan kebaikan ukhrawinya (yang berkaitan
dengan akhiratnya), maka tak ada yang ia petik disana, melainkan penyesalan dan
gigit jari.
Amer
bin Al-Ash -radhiyallahu anhu-
berkata,
لاَ
يَزَالُ الْمَرْءُ يَجْتَنِيْ مِنْ ثَمَرَةِ الْعَجَلَةِ النَّدَامَةَ
“Senantiasa
seseorang akan memetik penyesalan dari sikap tergesa-gesanya." [Lihat At-Taisir bi Syarh Al-Jami’
Ash-Shogier (1/867)]
Seringkali penyesalan itu menghampiri setiap orang yang tergesa-gesa dalam urusannya, sampai ia pun terhalangi dari meraih apa yang yang ia cita-citakan, karena ia berusaha meraihnya sebelum waktunya.
Seringkali penyesalan itu menghampiri setiap orang yang tergesa-gesa dalam urusannya, sampai ia pun terhalangi dari meraih apa yang yang ia cita-citakan, karena ia berusaha meraihnya sebelum waktunya.
Dzun
Nun Al-Mishriy -rahimahullah- berkata,
أَرْبَعُ
خِلاَلٍ لَهَا ثَمَرَةٌ: الْعَجَلَةُ وَالْعُجْبُ وَاللِّجَاجَةُ وَالشَّرَهُ، فَثَمَرَةُ
الْعَجَلَةِ : النَّدَامَةُ، وَثَمَرَةُ الْعُجْبِ : الْبُغْضَةُ، وَثَمَرَةُ اللِّجَاجَةِ
: الْحَيْرَةُ، وَثَمَرَةُ الشَّرَهِ : الْفَاقَةُ
“Ada empat perkara yang
memiliki buah (akibat buruk): Sikap tergesa-gesa, ujub (bangga diri),
perdebatan, dan rakus (tamak).
Maka
buah ketergesa-gesaan adalah penyesalan, buah ujub adalah kejengkelan, buah
perdebatan adalah keragu-raguan, dan buah kerakusan adalah kemiskinan”. [Atsar Riwayat Al-Baihaqiy Syu’abul Iman (no.
8215)]
Para
pembaca yang budiman, Hatim Al-Ashom -rahimahullah- menggunakan kata (الْعَجَلَةُ) yang berarti “tergesa-gesa”, namun bukan itu yang
dimaksudkan oleh beliau. Tapi maksudnya adalah “bersegera”.
Ali
bin Sulthon Al-Qori -rahimahullah- berkata,
بون
بين المسارعة والمبادرة إلى الطاعات وبين العجلة في نفس العبادات فالأول محمود
والثاني مذموم
“Ada perbedaan antara
bersegera menuju ketaatan-ketaatan dan antara tergesa-tergesa dalam ibadah itu
sendiri. Maka yang pertama (bersegera) adalah terpuji, sedang yang kedua
(tergesa-gesa) adalah tercela”.
[Lihat Mirqoh Al-Mafatih (14/360)]
Contohnya,
seorang disyariatkan untuk bersegera mendatangi panggilan adzan, namun ia tidak
disyariatkan lari tunggang-langgang, karena ia adalah sikap tergesa-gesa yang
tercela.
Rasulullah
-Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمُ الْإِقَامَةَ فَامْشُوا إِلَى الصَّلَاةِ
وَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ وَالْوَقَارِ وَلَا تُسْرِعُوا فَمَا أَدْرَكْتُمْ
فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا
“Jika
kalian mendengarkan iqomat, maka berjalanlah menuju sholat dan lazimilah ketenangan
dan janganlah terburu-buru. Apa yang kalian jumpai (dari gerakan sholat),
maka lakukanlah dan apapun yang luput bagi kalian, maka sempurnakanlah”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya
(no. 636) dan Muslim dalam Shohih-nya (602)]
Al-Imam
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah -rahimahullah-
berkata saat menjelaskan perbedaan antara “bersegera” (الْمُبَادَرَةُ), dan “tergesa-gesa” (الْعَجَلَةُ),
أن المبادرة انتهاز الفرصة في وقتها ولا يتركها حتى إذا فاتت
طلبها فهو لا يطلب الأمور في أدبارها ولا قبل وقتها بل إذا حضر وقتها بادر إليها
ووثب عليها وثوب الأسد على فريسته فهو بمنزلة من يبادر إلى أخذ الثمرة وقت كمال
نضلها وإدراكها والعجلة طلب أخذ الشيء قبل وقته فهو لشدة حرصه عليه بمنزلة من يأخذ
الثمرة قبل أوان إدراكها كلها فالمبادرة وسط بين خلقين مذمومين أحدهما التفريط
والإضاعة والثاني الاستعجال قبل الوقت ولهذا كانت العجلة من الشيطان فإنها خفة
وطيش وحدة في العبد تمنعه من التثبت والوقار والحلم وتوجب له وضع الأشياء في غير
مواضعها وتجلب عليه أنواعا من الشرور وتمنعه أنواعا من الخير وهي قرين الندامة فقل
من استعجل إلا ندم كما أن الكسل قرين الفوت والإضاعة
“Sesungguhnya
bersegera adalah memanfaatkan kesempatan pada waktunya, dan tidak
meninggalkannya sampai jika telah luput, maka ia pun mencarinya.
Jadi,
ia tidaklah mencari urusan-urusan itu setelahnya dan tidak pula sebelumnya.
Bahkan jika telah datang waktunya, maka ia bersegera menuju kepadanya, dan ia
melompati (meraih)nya seperti singa menerkam mangsanya. Maka ia sama
kedudukannya dengan orang bersegera mengambil buah saat sempurnanya pemetikan
buah itu.
Sedang
ketergesa-gesaan adalah mengambil sesuatu sebelum waktunya. Jadi, ia (orang
yang tergesa-gesa), karena ketamakannya atas hal itu, maka ia sama kedudukannya
dengan orang yang mengambil buah sebelum waktu pemetikannya secara keseluruhan.
Jadi,
bersegera adalah pertengahan di antara dua akhlaq yang tercela. Pertama:
keteledoran dan penyia-nyiaan. Kedua: sikap terburu-buru sebelum
waktunya. Oleh karena inilah “ketergesa-gesaan” berasal dari setan, karena ia
adalah kekurang hati-hatian, kurang berpikir, dan sikap terburu-buru pada diri
seorang hamba, yang akan menghalanginya dari memperjelas (mengecek), bersikap
tenang, dan pelan dan akan menyebabkan baginya peletakan sesuatu bukan pada
tempatnya serta akan menyeret kepadanya berbagai macam keburukan dan
menghalanginya dari berbagai macam kebaikan.
Sikap
tergesa-gesa adalah partner penyesalan. Katakanlah, “Tidaklah ia
(seseorang) tergesa-gesa, kecuali ia akan menyesal”, sebagaimana halnya
kemalasan adalah partner bagi luputnya (sesuatu) dan tersia-siakannya”.
[Lihat Ar-Ruh
fil Kalam ala Arwah Al-Amwaat wal Ahyaa’ bid Dala’il minal Kitab was Sunnah (hal.
258), cet. Darul Kutub Al-Ilmiyyah, 1395 H]
Sikap
kehati-hatian amat dibutuhkan oleh seorang hamba dalam mengarungi perjalanan
kehidupannya, terlebih lagi bila ia diperhadapkan dengan sesuatu yang
musytabuhat (yang samar) antara al-haq dan al-batil atau antara kebaikan dan
keburukan.
Orang
yang pandir dan kurang akalnya akan segera mengambil langkah dan sikap, tanpa
memikirkan dengan matang tentang akibat dari langkah dan sikap yang ia tempuh.
Kebanyakan mereka ini, mendahulukan perasaan atas wahyu dan akal sehatnya.
Inilah
yang diinginkan oleh setan dalam menimpakan kerugian, penyesalan dan keburukan
bagi hamba tersebut.
Sahabat
yang mulia, Abdullah bin Mas’ud Al-Hudzaliy -radhiyallahu anhu- berkata,
تَكُوْنُ
أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ، فَعَلَيْكُمْ بِالتُّؤَدَةِ، فَإِنَّ أَحَدَكُمْ أَنْ يَّكُوْنَ
تَابِعًا فِي الْخَيْرِ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ رَأْسًا فِي الشَّرِّ
“Akan
ada perkara-perkara yang musytabihat (yang samar). Karenanya, lazimilah
at-tu’adah (sikap hati-hati dan pelan). Sebab, sungguh seorang diantara kalian
menjadi pengikut (pengekor) dalam kebaikan, itu lebih baik (baginya)
dibandingkan ia menjadi pemimpin dalam keburukan”. [HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (no.
37188), Ibnu Wadhdhoh dalam Al-Bida’ wan Nahyu anha (hal.
87), Al-Baihaqiy dalam Syu’abul Iman (no. 10371) dan
lainnya]
Alangkah
banyaknya manusia yang terjerumus dalam keburukan dan kebatilan, akibat sikap
tergesa-gesa yang mencelakakannya.
Lebih
tragis lagi, bila ia terus terlena dalam
keburukan dan kebatilannya akibat ia diangkat sebagai pemimpin dalam keburukan
dan kebatilan, lalu setan membisikkan ke telinganya bahwa ia tak mungkin berada
di atas keburukan dengan dalih banyaknya manusia yang mengikutinya dalam
perkara keburukan itu.
Hamba
ini tertipu dengan kepemimpinannya dan kedudukan yang ia miliki di tengah
manusia.
Ia tak
tahu bahwa kepemimpinannya dalam keburukan bukanlah bukti bahwa ia di atas
kebaikan, bahkan hal itu merupakan tipu daya setan!!
Ia tak
tahu bahwa menjadi pengikut dan pengekor dalam kebenaran jauh lebih baik
dibandingkan jadi pemimpin dan punggawa dalam keburukan dan kebatilan.
Subhanallah, orang yang mengetahui hakikat perkara ini akan
membenarkan nasihat mulia dari sahabat Abdullah bin Mas’ud -radhiyallahu
anhu- tersebut.
Terakhir,
kami ingatkan kepada segenap ikhwah (saudara-saudara), jagalah
sikap at-tu’adah (hati-hati dan pelan) dalam mengambil sikap,
apalagi di masa fitnah yang terjadi diantara Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Ukurlah
segala sesuatu dengan ilmu dan bimbingan para ulama.[1]
DUKUNG
KAMI :
Dalam membantu pembangunan Masjid IMAM SYAFI'I
POLMAN SULBAR, milik Ahlus Sunnah Polman.
"Siapa yg membangun sebuah masjid
karena Allah, maka Allah akan bangunkan istana baginya di surga".
[HR. Al-Bukhori &
Muslim]
#
Bagi anda yang ingin membangun istananya di surga, silakan kirim
sebagian rezki anda melalui :
BRI.0259-01-035305-50-9
a/n.YAYASAN AR-RAHMAH AL-MANDARY
Kontak Person : 0852-3091-8001 (Saudara Mu'in)
Jazakumullohu khoiron atas sumbangsih dan
doanya.
================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar