Sikap yang Benar kepada Pemerintah Muslim
oleh :
Ust. Wira Bahrun Mandiri -hafizhahullah-
Soal:
Belakangan
ini marak sekali postingan di berbagai media yang menjelek-jelekkan pemerintah
kita. Bagaimana sikap sebenarnya yang harusnya kita tempuh dalam bermuamalah
dengan pemerintah?
Jawab:
Sikap
yang hendaknya ditempuh oleh seorang muslim dalam bermuamalah dengan pemerintah
adalah sebagai berikut:
1.
Mendengar dan taat kepada pemerintah kaum muslimin selama yang diperintahkan
bukan kemaksiatan
Di
dalam Al Quran, Allah subhanahu wata’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي
الْأَمْرِ مِنْكُمْ
“Hai
orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu.” (An Nisa’: 59)
Demikian
juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أُوْصِيْكُمْ
بِتَقْوَى اللهِ عَزَّوَجَلَّ , وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ
عَلَيْكَ عَبْدٌ
“Saya
memberi wasiat kepada kalian agar tetap bertaqwa kepada Allah ‘azza wa jalla,
tetap mendengar dan ta’at walaupun yang memerintah kalian seorang hamba
sahaya”. (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi, hasan
shahih)
Wajib
bagi seorang muslim untuk taat kepada pemerintah selama yang diperintahkan
bukanlah kemaksiatan. Namun apabila yang diperintahkan adalah sebuah kemaksiatan
maka tidak boleh mendengar dan taat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
لاَ طَاعَةَ فِى
مَعْصِيَةٍ ، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُوفِ
“Tidak
ada kewajiban ta’at dalam kemaksiata. Ketaatan hanyalah dalam perkara yang
baik-baik saja.” (HR. Al Bukhari)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
عَلَى
الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ ، فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ
، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ
“Seorang
muslim wajib mendengar dan taat dalam perkara yang dia sukai atau benci selama
tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Jika dia diperintah untuk bermaksiat,
maka tidak ada kewajiban untuk mendengar dan taat.” (HR. Al Bukhari)
2. Memberikan nasihat kepada mereka
Di
antara hak pemerintah yang perlu ditunaikan adalah memberi masukan dan nasihat
kebaikan kepada pemerintah.
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda,
«الدِّيْنُ
النَّصِيْحَةُ» قلنا: لمن؟ قال: «لله, ولكتابه, ولرسوله, لأئمة المسلمين وعامتهم».
رواه مسلم
“Agama
itu nasihat”. Kami pun bertanya, “Hak siapa (nasihat itu)?”. Beliau menjawab,
“Nasihat itu adalah hak Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemerintah kaum muslimin
dan rakyatnya (kaum muslimin)”. (HR.
Muslim)
Bahkan
menasihati pemerintah dikategorikan oleh beliau sebagai jihad yang paling
utama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ
الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
“Jihad
yang paling utama ialah mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim.” (HR. Abu Daud, dan At Tirmidzi)
Hanya
saja hendaknya seseorang mengetahui bagaimana metodologi yang tepat dalam
menyampaikan nasihat kepada penguasa.
Hendaknya
dia menyampaikan nasihat tersebut secara sembunyi-sembunyi, bukan di hadapan
orang banyak.
Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسَلْطَانٍ بِأَمْرٍ فَلَا يُبْدِ لَهُ عَلَا نِيَةً
وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ فَيَخْلُو بِهِ، فَإْن قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ،
وَإِلاَّ كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ لَهُ
“Barangsiapa
hendak menasihati pemerintah tentang sesuatu, janganlah dia lakukan dengan
terang-terangan. Akan tetapi, hendaknya dia ajak dan menyendiri dengannya. Jika
diterima, itulah yang diharapkan. Jika tidak, sungguh ia telah menunaikan apa
yang menjadi kewajibannya.” (HR. Ahmad)
3. Tidak menyebarkan aib-aib mereka
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
السُّلْطَانُ ظِلُّ اللهِ فِي الْأَرْضِ، فَمَنْ أَكْرَمَهُ
أَكْرَمَهُ اللهُ، وَمَنْ أَهَانَهُ أَهَانَهُ اللهُ
“Penguasa
adalah naungan Allah di muka bumi. Barangsiapa yang memuliakan penguasa,
niscaya Allah akan memuliakannya, dan barangsiapa yang menghinakan penguasa,
niscaya Allah akan menghinakannya.” (HR.
Ibnu Abi ‘Ashim no. 1024, Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman [6/17] no. 7373 dan
dihasankan oleh Al Albani dalam Dzilalul Jannah [2/224] no. 1024)
Asy
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, salah seorang ulama besar Islam
di masa kita berkata,
ليس من منهج السلف التشهير بعيوب الولاة , وذكر ذلك على المنابر;
لأن ذلك يفضي إلى الفوضى وعدم السمع والطاعة في المعروف , ويفضي إلى الخوض الذي
يضر ولا ينفع , ولكن الطريقة المتبعة عند السلف : النصيحة فيما بينهم وبين السلطان
, والكتابة إليه , أو الاتصال بالعلماء الذين يتصلون به حتى يوجه إلى الخير
“Bukan
termasuk manhaj Salaf, menasihati dengan cara menyebarkan aib-aib penguasa dan
menyebutkannya di mimbar-mimbar, sebab yang demikian itu mengantarkan kepada
kekacauan dan tidak mendengar dan taat kepada penguasa dalam perkara yang
ma’ruf, dan mengantarkan kepada provokasi yang berbahaya dan tidak bermanfaat.
Akan tetapi jalan yang telah dilalui oleh Salaf adalah dengan menasihati
langsung pihak pemerintah, menulis surat kepada pihak pemerintah, atau
menghubungi ulama yang bisa berbicara langsung kepadanya, sehingga ia bisa
diarahkan kepada kebaikan.” (Lihat Majmu’
Fatawa Asy Syaikh Abdul Aziz bin Baaz, 8/210)
4. Mendoakan kebaikan kepada mereka
Satu
hal yang sebaiknya tidak dilupakan oleh kaum muslimin, bahwa hendaknya mereka
mendoakan kebaikan kepada para pemimpin. Inilah yang dicontohkan oleh para
salaf, generasi awal Islam terdahulu.
Fudhail
bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Seandainya aku memiliki satu doa yang
mustajab (terkabulkan), tentu akan kutujukan doa tersebut pada pemimpin.”
Beliau
menjawab, “Jika aku tujukan doa tersebut pada diriku saja, maka itu hanya
bermanfaat untukku. Namun jika aku tujukan untuk pemimpinku, maka rakyat dan
negara akan menjadi baik.”
Bahkan
Al-Imam Al Barbahari rahimahullah menjadikan salah satu ciri muslim
ahlussunnah adalah dengan mendoakan kebaikan kepada
pemerintah. Adapun ciri ahlul bid’ah yang rusak adalah dia mendoakan
kejelekan kepada penguasa.
Beliau
mengatakan, “Jika engkau melihat seseorang yang mendoakan kejelekan bagi
penguasa, ketahuilah bahwa ia adalah ahlul bid’ah. Sebaliknya, jika engkau
mendengar orang yang mendoakan kebaikan pada penguasanya, ketahuilah bahwa ia
adalah ahlus sunnah insya Allah."
5. Bersabar atas kezhaliman mereka serta tidak keluar dari ketaatan
selama mereka masih muslim
Perkara
yang kelima ini juga cukup penting untuk diketahui oleh kaum muslimin. Bahwa
hendaknya mereka bersabar terhadap kezhaliman pemimpin. Hal ini telah
diwasiatkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di dalam haditsnya.
Hudzaifah bin Al Yaman meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
يَكُونُ
بَعْدِى أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُونَ بِهُدَاىَ وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِى
وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِى جُثْمَانِ
إِنْسٍ ». قَالَ قُلْتُ كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ
ذَلِكَ قَالَ « تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ
مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ ».
“Nanti
setelah aku akan ada seorang pemimpin yang tidak mengikuti petunjukku dan tidak
pula melaksanakan sunnahku. Dan nanti juga akan ada di tengah-tengah mereka
orang-orang yang hatinya adalah hati syaithan, namun jasadnya adalah jasad
manusia. “
Aku
(Hudzaifah) berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan jika aku
menemui zaman seperti itu?”
Beliau
bersabda, ”Dengarlah dan ta’at kepada pemimpinmu, walaupun mereka menyiksa
punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan ta’at kepada mereka.” (HR. Muslim)
Demikianlah
beberapa bentuk muamalah kepada pemerintah muslim. Semoga Allah subhanahu
wata’ala senantiasa memberikan hidayah kepada kita untuk selalu mengikuti Al
Quran dan As Sunnah dan semoga Allah selamatkan kita dari fitnah dan
pemikiran-pemikiran yang menyimpang.
Wallahu
a’lam.
Jogja, 23 Shafar 1438 H
Wira Mandiri Bachrun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar