Sabtu, 26 November 2016

Sikap yang Benar kepada Pemerintah Muslim

Hasil gambar untuk ‫معاملة الحكام‬‎
Sikap yang Benar kepada Pemerintah Muslim
oleh : Ust. Wira Bahrun Mandiri -hafizhahullah-

Soal:

Belakangan ini marak sekali postingan di berbagai media yang menjelek-jelekkan pemerintah kita. Bagaimana sikap sebenarnya yang harusnya kita tempuh dalam bermuamalah dengan pemerintah?

Jawab:

Sikap yang hendaknya ditempuh oleh seorang muslim dalam bermuamalah dengan pemerintah adalah sebagai berikut:

1. Mendengar dan taat kepada pemerintah kaum muslimin selama yang diperintahkan bukan kemaksiatan

Di dalam Al Quran, Allah subhanahu wata’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (An Nisa’: 59)

Demikian juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّوَجَلَّ , وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكَ عَبْدٌ
“Saya memberi wasiat kepada kalian agar tetap bertaqwa kepada Allah ‘azza wa jalla, tetap mendengar dan ta’at walaupun yang memerintah kalian seorang hamba sahaya”. (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi, hasan shahih)

Wajib bagi seorang muslim untuk taat kepada pemerintah selama yang diperintahkan bukanlah kemaksiatan. Namun apabila yang diperintahkan adalah sebuah kemaksiatan maka tidak boleh mendengar dan taat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةٍ ، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُوفِ
“Tidak ada kewajiban ta’at dalam kemaksiata. Ketaatan hanyalah dalam perkara yang baik-baik saja.” (HR. Al Bukhari)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ ، فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ
“Seorang muslim wajib mendengar dan taat dalam perkara yang dia sukai atau benci selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Jika dia diperintah untuk bermaksiat, maka tidak ada kewajiban untuk mendengar dan taat.” (HR. Al Bukhari)

2. Memberikan nasihat kepada mereka
Di antara hak pemerintah yang perlu ditunaikan adalah memberi masukan dan nasihat kebaikan kepada pemerintah.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
«الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ» قلنا: لمن؟ قال: «لله, ولكتابه, ولرسوله, لأئمة المسلمين وعامتهم». رواه مسلم
“Agama itu nasihat”. Kami pun bertanya, “Hak siapa (nasihat itu)?”. Beliau menjawab, “Nasihat itu adalah hak Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemerintah kaum muslimin dan rakyatnya (kaum muslimin)”. (HR. Muslim)

Bahkan menasihati pemerintah dikategorikan oleh beliau sebagai jihad yang paling utama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
“Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim.” (HR. Abu Daud, dan At Tirmidzi)

Hanya saja hendaknya seseorang mengetahui bagaimana metodologi yang tepat dalam menyampaikan nasihat kepada penguasa.

Hendaknya dia menyampaikan nasihat tersebut secara sembunyi-sembunyi, bukan di hadapan orang banyak.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسَلْطَانٍ بِأَمْرٍ فَلَا يُبْدِ لَهُ عَلَا نِيَةً وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ فَيَخْلُو بِهِ، فَإْن قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ، وَإِلاَّ كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ لَهُ
“Barangsiapa hendak menasihati pemerintah tentang sesuatu, janganlah dia lakukan dengan terang-terangan. Akan tetapi, hendaknya dia ajak dan menyendiri dengannya. Jika diterima, itulah yang diharapkan. Jika tidak, sungguh ia telah menunaikan apa yang menjadi kewajibannya.” (HR. Ahmad)

3. Tidak menyebarkan aib-aib mereka

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
السُّلْطَانُ ظِلُّ اللهِ فِي الْأَرْضِ، فَمَنْ أَكْرَمَهُ أَكْرَمَهُ اللهُ، وَمَنْ أَهَانَهُ أَهَانَهُ اللهُ
“Penguasa adalah naungan Allah di muka bumi. Barangsiapa yang memuliakan penguasa, niscaya Allah akan memuliakannya, dan barangsiapa yang menghinakan penguasa, niscaya Allah akan menghinakannya.” (HR. Ibnu Abi ‘Ashim no. 1024, Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman [6/17] no. 7373 dan dihasankan oleh Al Albani dalam Dzilalul Jannah [2/224] no. 1024)

Asy Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, salah seorang ulama besar Islam di masa kita berkata,
ليس من منهج السلف التشهير بعيوب الولاة , وذكر ذلك على المنابر; لأن ذلك يفضي إلى الفوضى وعدم السمع والطاعة في المعروف , ويفضي إلى الخوض الذي يضر ولا ينفع , ولكن الطريقة المتبعة عند السلف : النصيحة فيما بينهم وبين السلطان , والكتابة إليه , أو الاتصال بالعلماء الذين يتصلون به حتى يوجه إلى الخير
“Bukan termasuk manhaj Salaf, menasihati dengan cara menyebarkan aib-aib penguasa dan menyebutkannya di mimbar-mimbar, sebab yang demikian itu mengantarkan kepada kekacauan dan tidak mendengar dan taat kepada penguasa dalam perkara yang ma’ruf, dan mengantarkan kepada provokasi yang berbahaya dan tidak bermanfaat. Akan tetapi jalan yang telah dilalui oleh Salaf adalah dengan menasihati langsung pihak pemerintah, menulis surat kepada pihak pemerintah, atau menghubungi ulama yang bisa berbicara langsung kepadanya, sehingga ia bisa diarahkan kepada kebaikan.” (Lihat Majmu’ Fatawa Asy Syaikh Abdul Aziz bin Baaz, 8/210)

4. Mendoakan kebaikan kepada mereka

Satu hal yang sebaiknya tidak dilupakan oleh kaum muslimin, bahwa hendaknya mereka mendoakan kebaikan kepada para pemimpin. Inilah yang dicontohkan oleh para salaf, generasi awal Islam terdahulu.

Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Seandainya aku memiliki satu doa yang mustajab (terkabulkan), tentu akan kutujukan doa tersebut pada pemimpin.”

Ada yang bertanya pada Fudhail, “Kenapa? Jelaskanlah pada kami.”

Beliau menjawab, “Jika aku tujukan doa tersebut pada diriku saja, maka itu hanya bermanfaat untukku. Namun jika aku tujukan untuk pemimpinku, maka rakyat dan negara akan menjadi baik.”

Bahkan Al-Imam Al Barbahari rahimahullah menjadikan salah satu ciri muslim ahlussunnah adalah dengan mendoakan kebaikan kepada pemerintah. Adapun ciri ahlul bid’ah yang rusak adalah dia mendoakan kejelekan kepada penguasa.

Beliau mengatakan, “Jika engkau melihat seseorang yang mendoakan kejelekan bagi penguasa, ketahuilah bahwa ia adalah ahlul bid’ah. Sebaliknya, jika engkau mendengar orang yang mendoakan kebaikan pada penguasanya, ketahuilah bahwa ia adalah ahlus sunnah insya Allah."

5. Bersabar atas kezhaliman mereka serta tidak keluar dari ketaatan selama mereka masih muslim

Perkara yang kelima ini juga cukup penting untuk diketahui oleh kaum muslimin. Bahwa hendaknya mereka bersabar terhadap kezhaliman pemimpin. Hal ini telah diwasiatkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di dalam haditsnya. Hudzaifah bin Al Yaman meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَكُونُ بَعْدِى أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُونَ بِهُدَاىَ وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِى وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِى جُثْمَانِ إِنْسٍ ». قَالَ قُلْتُ كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ قَالَ « تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ ».
“Nanti setelah aku akan ada seorang pemimpin yang tidak mengikuti petunjukku dan tidak pula melaksanakan sunnahku. Dan nanti juga akan ada di tengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya adalah hati syaithan, namun jasadnya adalah jasad manusia. “
Aku (Hudzaifah) berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan jika aku menemui zaman seperti itu?”
Beliau bersabda, ”Dengarlah dan ta’at kepada pemimpinmu, walaupun mereka menyiksa punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan ta’at kepada mereka.” (HR. Muslim)

Demikianlah beberapa bentuk muamalah kepada pemerintah muslim. Semoga Allah subhanahu wata’ala senantiasa memberikan hidayah kepada kita untuk selalu mengikuti Al Quran dan As Sunnah dan semoga Allah selamatkan kita dari fitnah dan pemikiran-pemikiran yang menyimpang.
Wallahu a’lam.

Jogja, 23 Shafar 1438 H
Wira Mandiri Bachrun


Tidak ada komentar:

Posting Komentar